Minggu, 13 Desember 2015

PRAKTIKUM BETON PEKAN KE-5

[Prakitkum beton pekan ke-5] Kelompok 7 - Uji Kuat Tekan Beton 28 hari - Ivan Benyamin Elroi


Pada tanggal 3 Desember 2015, kami akan menguji beton pada umur 28 hari.

1. Uji Kuat Tekan Beton
Tujuan dari percobaan ini :
untuk menentukan kekuatan tekan beton berbentuk kubus dan silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium.

Prosedur Percobaan:
Sebelum di uji, satu hari sebelumnya, beton dikeluarkan dari bekisting dan dilapisi dengan oli.
1. ambil benda uji dari tempat perawatan
2. letakkan benda pada mesin tekan secara sentris
3. jalankan mesin uji tekan. tekanan harus dinaikkan berangsur-angsur dengan kecepatan antara 4kg/cm3 sampai 6 kg/cm3 perdetik.
4. lakukan pembebanan sampai benda hancur. dan catat uji benban maksimum hancur.



Read More

PRAKTIKUM BETON PEKAN KE-4

[Prakitkum beton pekan ke-4] Kelompok 7 - Uji Kuat Tekan Beton 14 hari - Ivan Benyamin Elroi


Pada tanggal 19 November 2015, kami  melakukan uji kuat tekan beton (14 hari). Dimana minggu lalu kami sudah menguji kuat tekan beton hari ke-7. Uji kuat tekan beton dilakukan pada hari ke-7, 14, dan 28 hari. Pekan ini merupakan uji kuat tekan beton hari ke-14.. berikut adalah kegiatan kami:

1. Uji Kuat Tekan Beton
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kekuatan tekan beton berbentuk kubus dan silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium.

Prosedur Pengerjaan:
Sebelum di uji, satu hari sebelumnya, beton dikeluarkan dari bekisting dan dilapisi dengan oli.
1. ambil benda uji dari tempat perawatan
2. letakkan benda pada mesin tekan secara sentris
3. jalankan mesin uji tekan. tekanan harus dinaikkan berangsur-angsur dengan kecepatan antara 4kg/cm3 sampai 6 kg/cm3 perdetik.
4. lakukan pembebanan sampai benda hancur. dan catat uji benban maksimum hancur.

Foto-foto praktikum : 
Read More

PRAKTIKUM BETON PEKAN KE-3

[Prakitkum beton pekan ke-3] Kelompok 7 - Uji Kuat Tekan Beton 7 hari dan Uji Kuat Tarik Baja - Ivan Benyamin Elroi


Pada tanggal 12 November 2015, kami akan menguji beton yang sudah kita buat minggu sebelumnya dan kami akan menguji kuat tarik dari baja. 

1. Uji Kuat Tekan Beton
Tujuan dari percobaan ini :
- untuk menentukan kekuatan tekan beton berbentuk kubus dan silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium.

Prosedur Pengerjaan:
Sebelum di uji, satu hari sebelumnya, beton dikeluarkan dari bekisting dan dilapisi dengan oli.
1. ambil benda uji dari tempat perawatan
2. letakkan benda pada mesin tekan secara sentris
3. jalankan mesin uji tekan. tekanan harus dinaikkan berangsur-angsur dengan kecepatan antara 4kg/cm3 sampai 6 kg/cm3 perdetik.
4. lakukan pembebanan sampai benda hancur. dan catat uji benban maksimum hancur.

2. Uji Kuat Tarik Baja
Tujuan percobaan :
- mengetahui cara pengukuran uji tarik langsung
- mengetahui cara pengoperasian alat uji tarik (UTM)
- menghitung nilai properti mekanik dari baja, seperti modulus Young, tegangan leleh, tegangan tarik, dll
- pembacaan tegangan dan regangan dengan menggunakan strain gauge.

Prosedur percobaan :
1. Persiapan benda uji
- mengukur diameter dan panjang dari masing-masing baja
2. Persiapan alat
- cek semua alat yang akan digunakan 
-kalibrasikan alat
3. Pemasangan benda uji ke mesin UTM
4. Pelaksanaan pengujian 
- tarik benda uji dengan pertambahan beban yang konstan sampai benda uji putus. catat dan amati besar perpanjangan yang terjadi setiap penambahan beban.
- setelah putus, ukur diameter penampang pada daerah putus dan ukur panjang akhir dan benda uji tersebut

Foto-foto praktikum :









Read More

PRAKTIKUM BETON PEKAN KE-2



[Prakitkum beton pekan ke-2] Kelompok 7 - Trial Mix - Ivan Benyamin Elroi




Pada tanggal 5 November 2015, kami melakukan trial mix. Trial mix dapat dilaksanakan apabila rancangan beton telah jadi. Sebelum memulai praktikum ini, kami merencanakan material-material penyusun beton dengan sedemikian rupa agar terbentuk suatu beton yang utuh menggunakan data dari hasil praktikum pekan lalu. Praktikum dimulai dengan mempersiapkan material-material yang akan digunakan berdasarkan mix design yang telah dibuat.

1. Setelah semua bahan lengkap, kami mulai memasukan semua bahan ke mesin penggiling.
2. Setelah diaduk secara merata, kami melakukan pengujian nilai slump. Pertama-tama masukkan campuran tersebut ke dalam tabung kerucut sebanyak 1/3 dari tinggi tabung tersebut. Pukul-pukul campuran itu sebanyak 25 kali agar tidak ada udara di dalamnya. Masukkan lagi campuran ke dalam tabung sampai 2/3 tinggi tabung. Pukul-pukul lagi sebanyak 25 kali. Setelah itu, tuang campuran ke dalam tabung sampai penuh, pukul-pukul dan ratakan campuran.
3. Setelah campuran beton memenuhi tabung kerucut,angkat tabung kerucut tersebut. ukur perbedaan tinggi campuran dengan tinggi tabung menggunakan mistar.4. Jika nilai slump telah memenuhi ketentuan, maka proses dapat dilanjutkan dengan memasukkan campuran ke dalam bekisting sambil mengaduknya dengan alat pengaduk.
5. Setelah semua campuran masuk ke dalam bekisting, biarkan campuran tersebut sampai mengering. 24 jam setelah itu, beton dikeluarkan dari bekisting dan di curing.

Foto-foto praktikum :






Read More

PRAKTIKUM BETON PEKAN KE-1

[Prakitkum beton pekan ke-1] Kelompok 7 - Menentukan Parameter Agregat - Ivan Benyamin Elroi

Kamis, 27 Oktober 2015 adalah hari pertama dimulainya praktikum beton. Hal yang pertama kami lakukan adalah menentukan parameter agregat yang nantinya akan digunakan sebagai pedoman untuk melakukan mix design. Praktikum pada hari ini terdiri dari beberapa bagian, yaitupemeriksaan berat volume agregat, analisis saringan agregat kasar dan halus, pemeriksaan zat organik dalam agregat halus, pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus, pemeriksaan kadar air agregat, analisis spesific gravity agregat halus dan agregat kasar. 

1. Pemeriksaan Berat Volume Agregat
    Tujuan dari percobaan ini :
     - Menentukan berat volume agregat kasar dan agregat halus.

     Prosedur percobaan :
     Saringan agregat halus dengan menggunakan beberapa saringan yang telah ditentukan. Lalu              timbang berat agregat berdasarkan saringannya masing-masing.

2. Analisis Saringan Agregat Halus
    Tujuan dari percobaan ini :
    - untuk menentukan gradasi agregat halus.
     Prosedur percobaan :
     Saring agregat halus pada perangkat saringan. Susunan saringan dimulai dari saringan paling besar     di atas dan paling kecil dibawah. Perangkat saringan diguncang dengan tangan atau mesin 
    pengguncang selama 15 menit. Timbang berat agregat sesuai dengan saringannya masing-masing.

3. Analisis Saringan Agregat Kasar
    Tujuan dari percobaan ini :
    - untuk menentukan gradasi agregat kasar.
     Prosedur percobaan :
     Saringan agregat halus dengan menggunakan beberapa saringan yang telah ditentukan. Lalu timbang 
     berat agregat berdasarkan saringannya masing-masing.

4. Pemeriksaan zat organik dalam agregat halus
     Tujuan dari percobaan ini :
     - untuk menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus yang akan digunakan pada campuran 
       beton.
     Prosedur percobaan : 
     Masukkan pasir ke dalam botol tembus pandang, tambahkan larutan NaOH 3% lalu kocok. setelah
    dikocok isinya harus mencapai kira-kira ¾ volume botol. Tutup botol gelas tersebut dan kocok    
    hingga lumpur yang menempel pada agregat nampak terpisah dan biarkan selama 24 jam agar    
    lumpur tersebut mengendap. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan dengan warna di organik 
    plate.

5. Pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus
     Tujuan dari percobaan ini : 
     - menentukan besarnya persentase kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai 
       campuran 
     beton.      
     Prosedur percobaan :
     Contoh agregat halus dimasukkan kedalam gelas ukur. Lumpur dilarutkan dengan air yang 
    ditambahkan kedalam gelas ukur.  Gelas ukur dikocok agar pasir tercuci dari lumpur. Gelas ukur 
    disimpan pada tempat yang datar dan dibiarkan selama 24 jam. Ukur tinggi pasir (V1)dan tinggi 
    lumpur (V2) .

6. Pemeriksaan kadar air agregat
     Tujuan dari percobaan ini :
     - menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan.
     Prosedur percobaan :
     1. Talam ditimbang dan dicatat beratnya (W1)
    2.  Benda uji dimasukkan ke dalam talam, kemudian berat talam ditambah benda uji 
        ditimbang. Berat dicatat sebagai W2.
    3.  Berat benda uji dihitung dengan persamaan W3=W2-W
   4.  Contoh benda uji dikeringkan bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5)oC hingga 
       beratnya tetap
  5.  Setelah kering contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4)
  6. Berat benda uji kering dihitung dengan persamaan W5=W4­­- W1
  
7. Analisis spesific gravity agregat halus
   Tujuan dari percobaan ini :
   - untuk menentukan bulk and apparent Specific Gravity dan penyerapan (absorpsi) agregat halus         menurut prosedur ASTM C128. 
   Prosedur percobaan :
   1.  Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi contoh tercurah dengan baik.
   2.  Sebagian dari contoh dimasukkan ke dalam cetakan kerucut pasir (metal sand cone mold). Benda uji lalu dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper) dengan jumlah tumbukan sebanyak 25 kali setiap satu dari tiga bagian yang terisi. Kondisi SSD diperoleh ketika butir-butir pasir longsor/runtuh ketika cetakan tersebut diangkat.
   3.  Contoh agregat halus sebesar 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer. Kemudian piknometer diisi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung-gelembung udara dengan cara menggoyang- goyangkan piknometer. Rendamlah piknometer dengan suhu air 73,43o F selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air.
   4. Pisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu 213,130F. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam.
   5. Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada temperatur 73,43o F dengan ketelitian 0,1 gram.

8. Analisis spesific gravity agregat kasar
Tujuan dari percobaan ini : 
       - menentukan bulk dan apparent specific grafity dan penyerapan/absorbsi dari agregat kasar menurut ASTM C 127.
       Prosedur percobaan :
       1.  Benda uji direndam selama 24 jam
2.  Benda uji dikeringkan permukaannya (kondisi SSD) dengan menggulungkan handuk pada butiran
3.  Hitung berat contoh kondisi SSD = A
4.  Contoh benda uji dimasukkan kekeranjang dan direndam kembali didalam air. Temperature air dijaga (73.4 ± 3)0F, dan kemudian ditimbang, setelah keranjang digoyang-goyangkan didalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap. Hitung berat contoh kondisi jenuh = B
5.  Contoh dikeringkan pada temperature (212-130)0F. Setelah didinginkan kemudian ditimbang. Hitung berat contoh kondisi kering = C

Foto-foto praktikum :








    



Read More

Minggu, 08 November 2015

IDENTIFIKASI SEBUAH BANGUNAN


Bangunan : GMKI (Jln. Dago no 109)


IDENTIFIKASI MATERIAL KONSTRUKSI :
2.     Batu bata merah 38%
3.     Semen 10%
5.     Gypsum (pada langit-langit) 2%
6.     Kayu (pada pintu dan kusen) 10%
7.     Kaca 5%
8.     Beton bertulang 35%


pPembahasan Material
11. Kaca
 
Kaca  adalah amorf ( non kritalin ) material padat yang bening transparan, yang biasanya rapuh. Jenis yang paling banyak digunakan selama berabad-abad adalah jendela dan gelas minum.


A.   Bahan Baku Industri Kaca

Bahan baku dari industri umum kaca adalah (Austin, dkk. 2005) :
·      Pasir
Pasir yang digunakan dalam membuat kaca adalah kuarsa yang sangat murni. Kandungan besi dalam pasir kuarsa ini tidak boleh melebihi 0,45% untuk barang gelas pecah belah atau 0,015% untuk kaca optik, sebab kandungan besi ini bersifat merupakan warna kaca pada umumnya.
·      Soda
Soda ini berumus kimia Na2O, yang didapatkan dalam soda abu padat (Na2CO3). Sumber lainnya adalah dari bikarbonat, kerak garam dan natrium nitrat.
·      Feldspar
Feldspar mempunyai rumus umum P2O.Al2O3.6SiO2, dimana R2O dapat berupa Na2O atau K2O atau campuran keduanya. Sebagai sumber Al2O3, feldspar mempunyai banyak keunggulan dibanding produk lain, karena murah, murni dan dapat dilebur dan seluruhnya terdiri dari oksida pembentuk kaca. Al2O3 sendiri digunakan hanya bila biaya tidak merupakan masalah. Feldspar juga merupakan sumber Na2O atau K2O dan SiO2. Kandungan aluminanya dapat menurunkan titik cair kaca dan memperlamba terjadinya devitrifikasi.
·      Borax
Borax adalah perawis tambahan yang menambahkan Na2O dan boron oksida kepada kaca. Walaupun jarang dipakai dalam kaca jendela atau kaca lembaran, boraks sekarang banyak digunakan di dalam bernagai jenis kaca pengemas. Ada pula kaca borax berindeks tinggi yang mempunyai nilai dispersi lebih rendah dan indeks refraksi lebih tinggi dari semua kaca yang dikenal. Kaca ini telah banyak digunkan sebgai kaca optik. Di samping daya fluksnya yang kuat, borax tidak saja bersifat menurunkan sifat ekspansi tetapi juga meningkatkan ketahanna terhadap aksi kimia. borax digunakan dalam tumpak yang memerlukan hanya sedikit alkali. Harganya hampir dua kali boraks.
·      Kerak garam
Istilah asingnya adalah salt cakeyang digunakan sebagai perawis tambahan pada pembuatan kaca, demikian juga beberapa sulfat lain seperti amonium sulfat dan barium sulfat dan sering ditentukan pada segala jenis kaca. Kerak garam ini dapat membersihkan buih yang mengganggu pada tanur tangki. Sulfat ini harus dipakai bersama karbon agar tereduksi menjadi sulfit. Arsen trioksidadapat pula ditambahkan untuk menghilangkan gelombang-gelombang dalam kaca.
·      Kulet
Kulet adalah kaca hancuran yang dikumpulkan dari barang-barang rusak, pecahan beling dan berbagai kaca limbah. Bahan ini dapat membantu pencairan selain juga sebagai bahan untuk dasar pengolahan limbah. Bahan ini dapat dipakai 10-80% dari muatan bahan baku.
·      Blok refraktori

B.   Langkah-Langkah Umum Pembuatan Kaca
Urutan proses pembuatan kaca pada umumnya dapat digolongkan menjadi 10 langkah (Austin, dkk. 2005), yaitu:
1.            transportasi bahan baku ke pabrik
2.            pengaturan ukuran bahan baku
3.            penimbunan bahan baku
4.            pengangkutan, penimbangan dan pencampuran bahan baku dan pemuatannya ke tanur kaca
5.            pengolahan bahan bakar untuk mencapai suhu yang diperlukan bagi pembentukkan kaca
6.            reaksi pembentukkan kaca di dalam tanur
7.            penghematan kalor melalui regenarasi dan rekuparasi
8.            pembuatan bentuk produk kaca
9.            penyaringan produk kaca
10.        penyelesaian produk kaca

C.   Cara Pembuatan Kaca

a.       Peleburan
Tanur kaca dapat diklasifikasi sebagai tanur periuk atau tanur tangki. Tanur periuk (pot furnace), dengan kapasitas sekitar 2 t atau kurang dapat digunakan secara menguntungkan untuk membuat kaca khusus dalam jumlah kecil di mana tumpak cair itu harus dilindungi terhadap hasil pembakaran. Tanur ini digunakan terutama dalam pembuatan kaca optic dan kaca seni melalui proses cetak. Periuknya sebetulnya ialah suatu cawan yang terbuat dari lempung pilihan atau platina. Sulit sekali melebur kaca di dalam bejana ini tanpa produknya terkontaminasi atau tanpa sebagian bejana itu sendiri meleleh, kecuali bila bejana itu terbuat dari platina. Dalam tanur tangki (tank furnace), bahan tumpak itu dimuat ke satu ujung suatu “tangki” besar yang terbuat dari blok-blok refraktor, diantaranya ada yang ukuran 38 x 9 x 1.5 m dengan kapasitas kaca cair sebesar 1350 t. kaca itu membentuk kolam didasar tanur itu, sedang nyala api menjilat berganti dari satu sisi ke sisi lain. Kaca “halusan” (fined glass) dikerjakan dari ujung lain tangki itu, operasinya kontinu. Dalam tanur jenis ini, sebagaimana juga dalam tangki periuk, dindingnya mengalami korosi karena kaca panas. Kualitas kaca dan umur tangki bergantung pada kualitas blok konstruksi. Karena itu, perhatian biasanya ditujukan pada refraktori tanur kaca. Tanur tangki kecil disebut tangki harian (day tank)dan berisi persediaan kaca cair untuk satu hari sebanyak 1 t sampai 10 t. tangki ini dipanasi secara elektrotermal atau dengan gas.




Gambar 1. Diagram alir pembuatan kaca lembaran (Austin, dkk. 2005)
     
Tanur-tanur yang disebutkan diatas adalah tergolong tanur regenarasi (regenerative furnace)dan beroperasi dalam dua siklusdengan dua perangkat ruang berisi susunan bata rongga. Gas nyala setelah memberikan sebagian kalornya pada waktu melalui tanur berisi kaca cair, mengalir ke bawah melalui satu perangkat ruang yang diisi penuh dengan pasangan batu terbuka atau batu rongga (checkerwork). Sebagian besar dari kandungan kalor sensibel gas keluar dari situ, dan isian itu mencapai suhu yang berkisar antar 1500°C didekat tanur 650C di dekat pintu keluar. Bersamaan dengan itu, udara dipanaskan dengan melewatkannya melalui lubang regenerasi yang telah dipanaskan sebelumnya dan dicampur dengan gas bahan bakar yang terbakar, sehingga suhu nyalanya menjadi menjadi lebih tinggi lagi (dibandingkan dengan jika udara tidak dipanaskan terlebih dahulu). Pada selang waktu yang teratur, yaitu antara 20 sampai 30 menit, alirancampuran udara bahan bakar, atau siklus itu dibalik, dan sekarang masuk tanur dari ujung yang berlawanan melalui isian yang telah mendapat pemanasan sebelumnya, kemudian melalui isian semula, dan mencapai suhu yang lebih tinggi.
      Suhu tanur yang baru mulai berproduksi hanya dapat dinaikkan sedikit demi sedikit setiap hari, bergantung kepada kemampuan refraktorinya menampung ekspansi. Bila tanur regenarasi itu sudah dipanaskan, suhunya harus dipertahankan sekurang-kurangnya 1200°C setiap waktu. Kebanyakan kalor hilang dari tanur melalui radiasi, dan hanya sebagian kecil yang termanfaatkan untuk pencairan. Tanpa membiarkan dindingnya mendingin sedikit karena radiasi, suhu akan menjadi terlalu tinggi sehingga kaca cair itu dapat menyerang dinding dan melarutkannya. Untuk mengurangi aksi kaca cair, pada dinding tanur kadang-kadang dipasang pipa air pendingin.

b.      Pencetakan
Kaca dapat dibentuk dengan mesin atau dengan cetak tangan. Faktor yang terpenting yang harus diperhatikan dalam cetak mesin (machine molding) ialah bahwa rancang mesin itu haruslah sedemikian rupa sehingga pencetakan barang kaca dapat diselesaikan dalam tempo beberapa detik saja. Dalam waktu yang sangat singkat ini kaca berubah dari zat cair viskos menjadi zat padat bening. Jadi, jelas sekali bahwa masalah rancang yang harus diselesaikan, seperti aliran kalor stabilitas logam, dan jarak bebas bantalan merupakan masalah yang rumit sekali. Keberhasilan mesin cetak kaca merupakan prestasi besar bagi para insinyur kaca.
http://kimiatip.blogspot.com/2013/11/bahan-bahan-dan-proses-pembuatan-kaca.html


c.       Penyangaian
Untuk mengurangi regangan-regangan dalam kaca, semua barang kaca harus disangai (anneal), baik barang kaca yang dibuat dengan mesin maupun yang dibuat dengan tangan. Secara singkat, penyangaian menyangkut dua macam operasi, yaitu:
1.      Menahan kaca itu pada suatu suhu di atas suhu krisis tertentu selama beberapa waktu yang cukup lama sehingga mengurangi regangan-regangan dalam dengan jalan pengaliran plastic sehingga regangannya kurang dari suatu maksimum yang ditentukan.
2.      Mendinginkan massa kaca sampai suhu kamar secara cukup perlahan sehingga regangan itu selalu berada di bawah batas maksimum leher atau tungku penyaringan, tidak lain hanyalah satu ruang pemanasan yang dirancang dengan baik dimana laju pendingin dapat diatur sehingga memenuhi persyaratan.
d.      Penyelesaian
Semua kaca yang sudah disangai harus mengalami operasi penyelesaian yang relative sederhana tetapi sangat penting. Operasi ini menyangkut hal-hal sebagai berikut:
§  Pembersihan
§  Penggosokan
§  Pemolesan
§  Pemotongan
§  Gosok-semprot dengan pasir
§  Pemasangan email klasifikasi kualitas
§  Pengukuran

D.   Reaksi Kimia Yang Terjadi Selama Proses Pembuatan

Reaksi kimia yang terlihat dalam pembuatan kaca dapat diringkas sebagai berikut (Austin, dkk. 2005) :
Na2CO3  +  aSiO2   →   Na2O.aSiO2  +  CO2
CaCO3  +  bSiO2     CaO.bSiO2  +  CO2
Na2SO4  +  cSiO2    Na2O.cSiO2  +  SO2  + SO3  +  CO
Reaksi yang terakhir ini dapat berlangsung seperti pada persamaan berikut (Austin, dkk. 2005) :
Na2SO4  +  C    Na2SO3  +  CO
2Na2SO4  +  C    2Na2SO3  +  CO2
Na2SO3   cSiO2    Na2O.cSiO2  +  SO2


 2.     BETON BERTULANG
Beton bertulang (reinforced concrete) adalah struktur komposit yang sangat baik untuk digunakan pada konstruksi bangunan. Pada struktur beton bertulang terdapat berbagai keunggulan akibat dari penggabungan dua buah bahan, yaitu beton (PC + aggregat halus + aggregat kasar + zat aditif) dan baja sebagai tulangan. Kita tahu bahwa keunggulan dari beton adalah kuat tekannya yang tinggi, sementara baja tulangan sangat baik untuk menahan gaya tarik dan geser. Penggabungan antara material beton dan baja tulangan memungkinkan pelaku konstruksi untuk mendapatkan bahan baru dengan kemampuan untuk menahan gaya tekan, tarik, dan geser sehingga struktur bangunan secara keseluruhan menjadi lebih kuat dan aman.

Karena kelebihan yang dimilikinya, maka penggunaan beton bertulang sebagai bahan struktur utama bangunan sangat populer. Beton bertulang lebih menjadi pilihan dibandingkan material lain seperti bambu, kayu, beton konvensional atau baja. Penerapan beton bertulang pada struktur bangunan biasanya dapat dijumpai pada: pondasi (jenis pondasi dalam seperti tiang pancang, bored pile), balok ikat (sloof), kolom, balok, plat beton, dan dinding geser (shear wall).

Cara membuat kolom beton bertulang
                Pada tahap perencanaan kita buat gambar desain bangunan untuk menggambarkan bentuk konstruksinya dan menentukan letak kolom struktur.
                Selanjutnya melakukan perhitungan struktur bangunan untuk mendapatkan dimensi kolom dan bahan bangunan yang kuat untuk digunakan namun tetap ekonomis.
                Melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan posisi kolom bangunan, ini harus pas sesuai dengan gambar rencana. apalagi pada gedung bertingkat tinggi yang angka toleransi  kesalahan hanya beriksar 1 cm, jika salah dalam mengukur maka ada resiko keruntuhan gedung.
                Menghitung kebutuhan besi tulangan dan bentuk potongan besi yang perlu dipersiapkan. ini sering disebut sebagai bestek besi.
                Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang telah direncanakan.
                Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang akan dibuat.
                Membuat bekisting / cetakan. bisa terbuat dari kayu, plat alumunium atau media lain yang mampu menahan saat proses pekerjaan pengecoran beton.
                Memasang bekisting sehingga membungkus besi tulangan.
                Melakukan pengecekan posisi bekisting apakah sudah sesuai dengan ukuran rencana, dan apakah sudah benar-benar tegak.
                Menghitung kebutuhan beton yang dibutuhkan.
                Membuat adukan beton atau memesan beton precast dengan kualitas sesuai hasil perhitungan semula. misalnya mau menggunakan mutu beton K-250, K-300, K-400 dan seterusnya.
Melakukan pekerjaan pengecoran kolom, penentuan tinggi cor bisa dilakukan dengan berpedoman pada ukuran bekisting atau mengukur sisa cor dari ujung atas bekisting.
Namun dibalik kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh beton bertulang jika dibandingkan dengan bahan material lainnya, beton bertulang juga memiliki masalah yang dapat mengurangi keunggulannya. Diantara masalah yang sering dijumpai adalah masalah keretakan yang terjadi pada bahan tersebut. Keretakan pada beton bertulang dapat timbul pada saat pra-konstruksi dan pasca konstruksi.


Sebenarnya setiap beton bertulang yang diaplikasikan pada struktur bangunan pasti akan terjadi retakan, yang harus dipertimbangkan adalah apakah retakan tersebut dapat ditolerir karena tidak berbahaya atau retakan tersebut membahayan struktur bangunan secara keseluruhan. Keretakan pada beton bertulang ini disebabkan oleh beberapa hal, karena pengaruh dari sifat beton itu sendiri maupun faktor lingkungan luar yang mempengaruhi beton secara langsung.

Kalau kita lihat dari jenis retakannya, ada dua jenis keretakan pada beton bertulang yaitu retakan yang terjadi saat pembuatan beton dan retakan yang terjadi setelah beton selesai dibuat. Dari dua jenis retakan tersebut banyak sekali berbagai faktor yang melatarbelakangi terjadinya retakan tersebut. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya keretakan pada beton bertulang tersebut? Berikut ini kami uraikan untuk Anda..

Faktor -Faktor Penyebab Keretakan Beton Yang Terjadi Saat Pembuatan Beton Bertulang

1. Sifat Beton
Untuk melihat bagaimana sifat dari beton bertulang yang dapat menimbulkan keretakan kita harus melihat proses dari awal pembuatan beton bertulang tersebut. Pada saat awal pembuatan beton bertulang dengan pencampuran bahan penyusunnya seperti kerikil, pasir, air, semen, dan baja tulangan. Dalam proses pengerasannya beton akan mengalami pengurangan volume dari volume awal. Umumnya hal ini disebabkan air yang terkandung pada campuran beton akan mengalami penguapan sebagian yang mengurangi volume beton bertulang tersebut.

Sehingga apabila dikondisikan pada saat beton mengalami pengerasan dan akibat dari volume beton berkurang yang akan menyebabkan penyusutan pada beton tetapi beton tersebut dibiarkan untuk menyusut tanpa adanya pembebanan maka beton pun tidak akan mengalami keretakan. Tetapi pada kondisi sebenarnya dilapangan tidak ada beton yang tidak mengalami pembebanan. Karena tidak ada balok atau kolom pada bangunan yang berdiri sendiri melainkan akan bersambung satu sama lain dan hal ini akan membuat beton bertulang bekerja menahan beban-beban pada bangunan.

Sehingga apabila pada kondisi saat beton mengalami penyusutan volume kemudian terjadi pembebanan, maka retakan pun tidak dapat dihindari.

2. Suhu
Tidak dapat diabaikan suhu juga dapat menyebabkan keretakan pada beton bertulang. Maksud suhu disini adalah suhu campuran beton saat mengalami perkerasan. Karena pada saat campuran beton bertulang mengalami perkerasaan suhu yang timbul akibat reaksi dari air dengan semen akan terus meningkat. Sehingga pada saat suhu campuran beton ini terlalu tinggi, pada saat beton sudah keras sering timbul retak-retak pada permukaan beton.

3. Korosi pada tulangan
Sebenarnya untuk mengantisipasi retakan yang terjadi akibat dari sifat beton itu sendiri, beton diberi tulangan pada bagian dalamnya yang terbuat dari baja. Sehingga diharapkan dengan adanya baja tulangan tersebut retakan akibat dari sifat beton disebar pada keseluruhan beton menjadi bagian-bagian yang sangat kecil sehingga retakan tersebut dapat diabaikan. Tetapi apabila tulangan yang dipakai pada saat pembuatan beton sudah meengalami korosi, tulangan tersebut itu pun akan menyebabkan retakan pada saat beton mengeras.

4. Proses pembuatan yang kurang baik
Banyak sekali penyebab retak yang terjadi pada beton bertulang disebabkan oleh proses pembuatan yang kurang baik. Seperti contoh pada saat beton mengalami perkerasan dimana banyak mengeluarkan air, maka perlu adanya perawatan pada beton agar pengeluaran air dari campuran beton tidak berlebihan. Tetapi akibat tidak adanya perawatan, sehingga pada saat beton terbentuk maka terjadi banyak retakan.

5. Material yang kurang baik.
Banyak sekali terjadi keretakan pada struktur beton bertulang diakibatkan karena material penyusunnya yang kurang baik. Beberapa hal diantaranya yang sering ditemukan adalah aggregat halus atau pasir yang kurang bersih, masih bercampur dengan lumpur sehingga ikatan antara PC dan aggregat menjadi terlepas. Sehingga ketika beton mengering maka retakan-retakan akan mudah sekali terjadi.

6. Cara penulangan
Sering sekali saya menemukan struktur beton bertulang dibuat dengan cara yang kurang tepat. Hal yang paling umum terjadi adalah ketebalan dari tulangan sampai permukaan beton terlampau besar. Hal ini sebenanrnya kurang tepat karena fungsi dari baja tulangan tersebut adalah untuk menahan gaya lintang (pada balok dan plat), deformasi akibat lendutan, serta gaya geser.
Jika tebal selimut beton terlampau besar makan retakan biasa terjadi mulai dari permukaan struktur beton sampai pada bagian tulangan yang ada didalamnya. Seharusnya tulangan dibuat agak keluar, dan selimut atau kulit yang membungkus tulangan dibuat setipis mungkin (1,5 s/d 2 cm). Karena gaya tarik dan gaya tekan paling besar terjadi pada ujung permukaan beton tersebut.

3. Batu Bata Merah
Proses Pembuatan Batu Bata dari Tanah Liat | Batu bata dari tanah liat yang sering kita lihat untuk membangun rumah ataupun jembatan ternyata proses pembuatannya tidak terlalu rumit kalau kita sudah biasa, dan mungkin akan terasa rumit bagi yang baru mau mencoba mengenal prosesnya. Dari mulai penggalian tanah hingga proses pembakaran memang memerlukan waktu yang lumayan lama. Berikut ini Cara Terindah jelaskan mengenai proses awal pembuatan batu bata dari tanah liat hingga siap untuk dipasarkan.


PROSES CARA MEMBUAT BATU BATA 


BAHAN BAKU UNTUK MEMBUAT BATU BATA
-Tanah Liat
-Air
-Abu

ALAT-ALAT UNTUK MEMBUAT BATU BATA
-Cangkul
-Pencetak Batu Bata
-Mesin Penggiling batu bata
-Mesin Pembakar / Tungku Pembakaran
-Kayu Bakar / batu bara

PROSES CARA MEMBUAT BATU BATA
  1. Pertama-tama carilah lahan tanah merah yang berbentuk perbukitan dan tekstur tanah meranya sangat liat, jangan terlalu banyak mengandung pasir, tanah yang bertektur tersebut akan mengurangi kekuatan dari batu bata. Juga dekat dengan sumber air, sebagai bahan campuran tanah merah.
  2. Selanjutnya jika sudah didapat, bersihkan tanah liat tersebut dari sisa sampah yang ada seperti rumput batu-batu kecil dan sebagainya
  3. Rendam tanah liat ( lempung) tersebut kedalam suatu lubang yang sudah anda buat minimal 15 jam atau lebih tergantung tanah liat ditempat anda berasal
  4. Lalu buang air tersebut sampai kering, setelah itu anda harus menghaluskan tanah liat tersebut, bisa menggunakan cangkul. mengapa harus dengan cangkul? karena kali ini kita membahas dan mengerjakannya dengan menggunakan teknik manual bukan dengan mesin, nanti bisa anda kembangkan lagi
  5. Hancurkan tanah tersebut dengan cara menginjak-injak tanah tersebut hingga menjadi lumpur. kalau dengan skala yang cukup banyak bisa menggunakan bantuan hewan seperti kerbau.jangan sampai terlalu lembek (seperti bubur) karena tidak akan bisa dicetak
  6. Lalu taruh lumpur (lempung) diatas meja cetak
  7. Setelah sudah bisa langsung di cetak jangan lupa menaruh sedikit abu dicetakan agar tidak lengket
  8. Bila tanah liat tersebut sudah berbentuk persegi seperti batu bata, anda sudah bisa melakukan pengeringan
  9. Tahap pendindingan tujuan nya agar batu bata cepat kering bisa dilakukan dengan cara menumpukan bata yang masih berbentuk tanah tadi dengan memiringkannya
  10. Lalu jika sudah kering, tahap selanjutnya menyusun batu bata dari kilang tempat produksi ke dapur pembakaran
  11. Tahap pembakaran batu bata ini adalah langkah penentuan dimana anda bisa dikatakan berhasil atau kurang berhasil dikarenakan pada tahap ini akan dilakukan pembakaran didapur tempat anda bekerja dan biasa nya memakan waktu cukup lama, tergantung banyaknya batu bata yang anda bakar
TAHAP-TAHAP PEMBAKARAN BATU BATA MENTAH
  1. Langkah selanjutnya setelah batu bata mentah yang sudah kering disusun di dapur pembakaran yang sudah disiapkan
  2. Setelah itu anda juga harus menyiapkan bahan bakarnya seperti kayu atau bisa juga dengan sisa olahan buah kelapa sawit tangkos, harus dikeringkan dulu agar mempermudah pembakaran
  3. Lalu anda tinggal  melakukan tahap pembakaran dengan cara memasukan kayu tersebut kedalam lubang dibawah susunan batu bata tadi
  4. Kemudian kita masuk ketahap membuat dinding disekeliling susunan batu tersebut tujuan nya adalah mempercepat suhu yang ada didalam susunan batu bata cepat naik keatas tidak lupa memberi sekam (bekas kupasan kulit padi) bisa didapatkan dikilang padi. api nya jangan sampai mati atau redup ya semakin hari harus tambah marak atau dtambah volume nya
  5. Tahap penutupan lubang api bertujuan agar hawa api tidak keluar dan tanda berakhir nya peroses pembakaran hal ini bisa dilakukan apabila asap yang ada pada bagian atas susunan batu bata tadi sudah membening atau kalau kita lihat hanya ada seperti udara yang membara-bara
  6. Masih belum selesai, masih ada tahap finishing nya lagi yaitu tahap peyiraman bagian atas susunan batu bata dengan sekam (bekas sisa kulit padi) saran saya taruh yang agak tebal supaya batu bata anda masak secara sempurna
  7. Setelah itu kita lanjutkan dengan tahap pembukaan dinding yang sudah dipasang tadi, ini dilakukan sekitar 24 jam setelah tahap nomor 6. lama nya tahap pembakaran tergantung banyaknya batu bata yang anda bakar (misal nya kalau 60.000 buah batu bata, anda memerlukan waktu 6 hari 6 malam nonstop)
  8. Setelah dibakar kemudian di dinginkan, barulah batu bata siap dijual, biasanya banyak orderan dari pihak mebel dan pembeli perorangan, dengan harga 1 batanya berkisar antara Rp.400 – Rp. 500 belum termasuk ongkos kirim.





Read More
Diberdayakan oleh Blogger.